Tatkala diminta oleh redaktur majalah bulanan Desaku Lestari untuk membuat tulisan tentang manfaat arang bagi pertanian, maka serasa mengembang dadaku ini. Sebab media cetak produksi LSM-OWT ini kurasa merupakan media yang dapat diandalkan guna menyebar luaskan informasi dan pengetahuan bagi, untuk dan dari desa ke desa, karena LSM-OWT kiprahnya telah cukup dikenal oleh kalangan luas, terutama oleh para pelaku dan peminat kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik di dalam negeri maupun di luar negri.  “Kesempatan bagus nie…,” pikirku. Sebab akhir-akhir ini aku sedang getol berbicara tentang arang, di manapun, kapanpun dan dengan siapapun…  Khususnya dalam bidang pertanian dan kesehatan…  Jujur saja, siapa sih yang pernah tertarik dengan barang hitam jelek yang hanya bikin kotor saja ini?   Tapi karena ternyata manfaatnya cukup banyak padahal harganya murah dan mudah didapatkan,  maka tumbuhlah keinginan kuat dalam hati untuk membagikan pengalaman dan pengetahuanku ini, terutama kepada kaum kismin…eh … miskin ini.  Juga kepada sesama yang ingin hidup sehat, namun dengan cara ‘mur-mer’ alias murah-meriah.   Namun untuk memulai menuliskannya ternyata  cukup membingungkan juga.  Harus kumulai dari sisi sebelah mana?  Sebab yang berlalu-lalang di pikiran adalah berpuluh bahkan beratus manfaat atau kegunaan dari arang ini, berputar-putar, berpindah-pindah dan seolah mereka saling mendahului untuk minta dituliskan dan diceritakan paling awal. 
Memang sejak dahulu kala seiring dengan meningkatnya peradaban manusia, pemakaian arang sudah sangat akrab dengan kehidupan manusia.  Mulai dari digunakan sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, kegiatan industri sampai dengan dalam bidang pengobatan.  Terbayang sewaktu kukecil dulu, ketika ibuku menggoreng udang atau setiap memasak makanan laut (seafood) tak lupa sebatang arang selalu disertakan dalam wajan penggorengan.  “Ini supaya kamu gak sakit perut,” ujar beliau.  Pada kesempatan lain masih kuingat bahwa apabila akan mandi keramas acapkali dilakukan dengan terlebih dahulu membakar jerami padi kemudian arang dan abu yang dihasilkan direndam air dan siap dipakai sebagai shampoonya.  Maklumlah jaman itu pabrik shampoo belum ada di Negara kita ini.  Kali lain waktu aku berlibur di tempat nenek, kulihat ibu-ibu petani selalu menciprat-cipratkan air hitam (air rendaman arang) kepada akar dari bibit padi yang diambil dari persemaian padi sebelum bibit padi itu ditanam.  “Biar hama dan penyakitnya gak  berani mengganggu padi kita,” celetuknya.
Berawal dari mengikuti kegiatan pelatihan  tentang pembuatan persemaian yang diselenggarakan LSM-OWT dalam kegiatan pemberdayaan pada para pelaku dan penerima manfaat dari PNPM-LMP (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat - Lingkungan Mandiri Perdesaan) di Propinsi Sumbar, maka pada saat itulah “si hitam jelek” ini mulai menghampiri kehidupanku kembali.  Pada sesi penjelasan tentang pembuatan media tanam yang diisikan pada polybag, dikatakan bahwa resep campuran yang dianjurkan adalah Tanah: 2 bagian, Pupuk Kandang: 1 bagian dan Arang Sekam: 1 bagian.  Kenapa pakai arang sekam?  Ternyata fungsi arang sekam ini sangat penting, antara lain dikatakan:
1.       Membuat media tanam menjadi kompak (tetap utuh/menyatu meskipun media dikeluarkan dari polibag)
2.       Menetralkankan pH tanah (kadar keasaman tanah),
3.       Menggemburkan tanah, sehingga melancarkan sirkulasi udara dan air dalam tanah,
4.       Menyerap racun dan mengisolasi penyakit (mensterilkan media),
5.       Menyimpan air dan akan melepas kembali pada saat tanah kering,
6.       Arang mempunyai pori yang efektif untuk mengikat dan menyimpan unsur hara dalam tanah untuk disajikan kepada bibit, kapanpun diperlukan,
7.       Hara tidak mudah tercuci , sehingga kapanpun akan selalu ada, dalam kondisi ibarat makanan siap saji bagi tanaman.
Pantas saja dalam pendampingan masyarakat  menyemaikan benih (pembibitan) di berbagai lokasi, kami hampir selalu berhasil membuat bibit dengan baik, dengan catatan benihnyapun harus baik dan tidak telat menyiramnya.  Sebab pertumbuhan akar dari tanaman yang masih kecil/pendek akan menjadi mudah menjangkau unsur hara yang dibutuhkan dan dalam kondisi layak makan (tidak beracun, pH netral dan tidak berpenyakit).  Namun jika tidak menggunakan arang, maka pupuk yang diberikan akan cenderung tercuci saat tanaman tersebut disiram (minimal hara akan turun ke bagian bawah polibag).  Bibit muda yang baru disapih masih mempunyai akar yang pendek, sehingga akar tidak akan dapat menjangkau makanan (unsur hara) yang telah turun ke bawah.  Hal ini berakibat pada bibit menjadi tumbuh kerdil dan tidak jarang mati karena kekurangan makan.
Kemudian disusul pengalaman sewaktu mendampingi kunjungan studi para Camat dan Wali Nagari (Kepala Desa) pelaku PNPM-LMP Kabupaten Agam SUMBAR ke Lembaga SEAMEO-BIOTROP di Bogor yaitu sebuah lembaga penelitian dari kelompok negara-negara ASEAN.  Pada sesi tentang penjelasan teknik budidaya tanaman Sorgum oleh Dr Supriyanto, dikatakan bahwa  sorgum adalah tanaman  dengan aneka manfaat, penjelasannya antara lain:
1.       Dapat dijadikan Multi-produk (pangan, pakan, energy dan berbagai industri turunannya).
2.       Sorgum termasuk serealia, dengan kandungan nilai gizi tinggi.
3.       Mudah tumbuh di berbagai tipe lahan (kering, masam, basa, salin, berbatuan, pasir).
4.       Perlu cahaya penuh (tipe C4) , sangat efisien dalam menangkap sinar matahari).
5.       Kurang tahan terhadap persaingan dengan gulma
6.       Perlu persiapan lahan yang baik.
Nah, tatkala menjelaskan tentang persiapan lahan yang baik, ternyata yang harus dilakukan setelah tanah dibajak/digemburkan kemudian ditambahkan pupuk kandang, maka resep utamanya adalah perlunya tanah dan pupuk tersebut dicampur dengan arang kayu  untuk kemudian dibuat guludan selebar 60 cm dan selanjutnya ditugal (dibuat lubang tanam dengan alat/tugal) untuk ditanamkan benih sebanyak 2 - 3 buah per lubang.  Lagi-lagi di sana dijelaskan kehebatan aplikasi arang kayu pada media tanam yang notabene sama dengan fungsi arang sekam di atas.  Bahkan ditambahkan pula bahwa beliau telah mencoba aplikasi arang pada budidaya tanaman singkong di kebun belakang laboratorium Biotrop, walhasil dari per batang singkong bisa dipanen rata-rata lebih dari 100 kg singkong. Bukan main !
“Arang adalah hasil dari proses pembakaran kayu yang tidak sempurna, dalam arti proses peng-arangan adalah pembakaran dengan pemakaian oksigen yang sangat terbatas (pirolisis).  Sedangkan pembakaran sempurna (oksidasi) adalah berada pada kondisi pemakaian oksigen yang cukup.  Kelebihan lain arang dibanding kayu adalah arang tidak akan lekang kena panas dan lapuk kena hujan dalam waktu puluhan bahkan ratusan tahun, sehingga karena sifat fisiknya tak berubah maka fungsinyapun dapat bertahan pada kurun waktu yang lama pula,” demikian penjelasan Dr. Pri.
Dua pengalaman inilah pemicu ketertarikanku untuk mempelajari dan mencari tahu hal ihwal tentang arang lebih lanjut.  Mulai dari browsing di internet sampai dengan mencari tahu pengalaman-pengalaman dari para petani. Dan ketika kulihat petani membakar jerami di sawah segera kuhampiri dan kuamati, ternyata setiap api mulai menyala pada tumpukan jerami tersebut, mereka buru-buru mencipratkan air agar api padam tapi dijaga agar tetap berasap/membara.  Dan ternyata hasil yang diharap adalah jerami yang berwarna hitam alias arang jerami.  “Kalau terbakar, maka yang dihasilkan adalah abu jerami.  Kalau jadi abu, maka fungsinya kurang baik untuk kesuburan tanaman,” ujarnya.  Jerami yang sudah menghitam itu kemudian keesokannya disebar merata pada sawah dan kemudian dibajak agar bercampur  dan masuk  ke dalam tanah.  Seperti kita ketahui warna arang adalah hitam, sedangkan warna dari abu adalah putih abu-abu (kok kayak seragam anak SMA ya..?)
Dari penuturan mereka kuketahui bahwa kalau tidak dicampur arang, maka padi membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak.  Dan dari pengalaman pemakaian pupuk buatan dalam kurun waktu yang lama, disadari pupuk buatan lambat laun justru merusak sifat fisik, kimia dan biologis tanah sehingga menurunkan kondisi kesuburan tanah, sehingga untuk penanaman periode berikutnya selalu akan dibutuhkan jumlah pupuk yang lebih banyak dari periode sebelumnya.  “Apabila jumlah pupuk buatan yang diberikan sama banyak karena harga pupuk buatan yang semakin mahal dan sering langka di pasaran, maka bersiaplah untuk menerima hasil panen yang menurun jumlahnya,” katanya mengakhiri pembicaran sore itu di pinggir sawahnya.  Memprihatinkan, jutaan petani di negeri kita saat ini telah terjebak pada kebiasaan pemakaian pupuk dan pestisida buatan/kimia yang ternyata sedikit manfaat namun ternyata malah banyak mudharatnya bagi dirinya maupun bagi lingkungan hidupnya.
Hal di atas mengingatkanku kepada penjelasan Dr. Pri dari Biotrop waktu itu bahwa arang kayu, arang sekam, arang bamboo atau arang apa saja, itu semua juga mempunyai fungsi “Soil conditioner” artinya arang mampu menjaga dan mengembalikan kondisi tanah yang mulai rusak ke kondisi awal yang baik.  Hal ini tentu berhubungan dengan sifat adsorbsi (penyerapan) arang yang kuat.  Seperti kita ketahui arang dapat menyerap racun/bakteri (contoh: Obat Norit), menyerap gas/bau busuk (contoh: Gajah Kulkas), menyerap kotoran (filter penjernih air), menjernihkan dan membuat minyak goreng bekas (jelantah) layak dan aman untuk digunakan kembali.  Juga terbayang olehku bahwa tanaman anggrek di rumahku yang sedang berbunga, ungu kemerahan, kuning bintik coklat dan putih. Kesemua angrek-anggrek tersebut media tanamnya hanyalah arang belaka.  Akan tetapi mereka semua dapat tumbuh subur serta memunculkan bunga yang indah menawan hati, hanya dengan media tanam arang yang menyerap unsur hara dan air dari kelembaban udara yang lewat terbawa angin.
Sore itu suasana cerah, setelah seharian tadi hujan mengguyur desaku.  Segera kusiapkan diri untuk bergegas menuju kota kecamatan terdekat, tempat tersedia warnet satu-satunya di wilayahku bekerja.  Kebetulan pengunjung warnet agak sepi, mungkin karena tadi seharian hujan, sehingga aku leluasa untuk memilih tempat yang paling nyaman dan paling bagus kondisi komputernya.  Kata ‘ARANG’ kutuliskan pada mesin pencari Yahoo, seketika muncul sederet info dan artikel tentang arang.  Dan yang menarik untuk kubuka pertama kali adalah artikel “Arang Obat Ajaib.”   Karena agak terasa aneh, arang kok dipakai obat, ajaib lagi… Ada apa gerangan nie… ?  Apa saja penyakit yang dapat diobatinya?  Setelah kubuka dan kupelajari artikel itu sempat aku tercengang, ternyata lebih dari 100 macam jenis penyakit dapat diobati dengan arang ini (arang aktif).  Wah..wah..wah… buah sirsak saja yang dewasa ini ngetopnya bukan main, hanya bisa mengobati 32 macam penyakit… Alhamdulillah wa syukurillah, bukankah ini yang disebut karunia-NYA nan besar?   Mana hitam…mana jelek… namun barang yang selama ini kuanggap remeh, ternyata malah membuktikan bahwa yang remeh sesungguhnya adalah diriku yang seringkali menganggap remeh tentang sesuatu, padahal aku belum sepenuhnya tahu tentang segala sesuatunya dengan baik, boro-boro secara detail dan lengkap.  Astagfirullah al adzim!
Mulai dari sakit maag, desentri, diare, gangguan pencernaan, keracunan makanan, disengat serangga, luka gores, asam urat, kolesterol, diabetes, panas dalam, perut kembung, sariawan, darah tinggi, gangguan jantung, ginjal, batu empedu, keputihan, infeksi kandung kemih, prostat, berbagai jenis kanker dan berbagai macam penyakit lagi, bahkan bisul dan bengkak-bengkak bisa pula diobati dengan arang ini.  Mohon jangan keliru, diobati bukan berarti disembuhkan.   Sebab yang bisa menyembuhkan penyakit pada hakekatnya adalah hanya Sang Maha Penyembuh.  Allah SWT. Insya Allah.
Mengenai perbedaan antara arang biasa dengan arang aktif, penjelasannya kurang lebih adalah sebagai berikut.  Arang aktif sebenarnya adalah arang biasa yang telah dipanasi lagi dengan suhu yang tinggi (950 derajat Celcius) dan dilakukan dalam waktu lebih dari 4 jam.  Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya serapnya (adsorpsi), sehingga dapat lebih aktif menyerap hal-hal yang menjadi pengganggu.  Contoh arang aktif di pasaran (apotik dan toko obat) yang dijual dalam bentuk tablet obat adalah NORIT.
Hampir 3 (tiga) bulan sampai dengan saat ini diriku sudah mengkonsumsi serbuk arang aktif secara rutin.  Alhamdulillah wa syukurillah kolesterolku sudah normal kembali dan badanpun terasa lebih sehat, karena menurut info dari LIPI dalam arang kayupun tersimpan sinar infra merah, dan apabila dikonsumsi maka sinar infra merah ini akan dilepas secara perlahan di dalam tubuh, sehingga akan menghangatkan tubuh dan melancarkan peredaran darah.  Jadi, apabila musim durian nanti kan tiba kusudah tidak takut lagi untuk segera menikmati kelezatannya, karena sebagai pengaman akan kuminum satu sendok makan serbuk arang aktif guna menghindari perut kembung atau panas dan untuk mencegah kolesterolku tidak naik lagi.

Related Posts